Pemanfaatan Pelayanan Antenatal : Faktor-faktor
yang Mempengaruhi, dan Hubungannya dengan Bayi Berat Lahir Rendah
Pelita V di bidang kesehatan merupakan
suatu era di mana perhatian dan upaya ditujukan kepada peningkatan keselamatan
dan kesehatan ibu (Gerakan Safe Motherhood). Tekad yang telah digalang adalah
menurunkan kejadian kematian ibu di Indonesia yang sekarang ini masih relatif
tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain, terutama negara-negara di Asia.
Telah pula dibuktikan oleh para ahli, bahwa angka kesakitan dan kematian ibu
meningkat drastis selama kurun kehamilan, melahirkan dan pascalahir.
Kehamilan, yang pada dasarnya merupakan
suatu proses fisiologis, ternyata dapat terganggu oleh berbagai macam penyakit
dan kelainan yang dapat membahayakan kesehatan ibu ataupun janin. Oleh karena
itu, setiap keadaan selama hamil yang mengganggu kesehatan dan keselamatan jiwa
ibu maupun janin haruslah diketahui sedini mungkin sehingga dapat dilakukan
pencegahan ataupun pengobatan yang sebaik baiknya. Pemeriksaan kehamilan
merupakan salah satu cara terbaik.
Pemeriksaan kesehatan selama hamil, yang
dalam dunia medis lebih dikenal dengan istilah "pelayanan antenatal",
diartikan sebagai suatu rangkaian tindakan pengamatan, pemeriksaan, dan
bimbingan kesehatan yang terencana bagi ibu yang sedang hamil (Ingalls:1975).
Tujuan pelayanan antenatal adalah
dicapainya keadaan-keadaan sebagai berikut: kehamilan dengan gejala dan keluhan
fisik dan psikis minimal; persalinan dengan status kesehatan ibu dan bayi di
dalam keadaan prima; lahirnya bayi sehat tanpa kelainan; tertanamnya kebiasaan
hidup sehat yang memberi manfaat bagi anggota keluarga yang lain; penyesuaian
yang baik terhadap keadaan pascamelahirkan. Harapan jangka panjang dari
pemeriksaan kehamilan ini adalah membantu menurunkan angka kematian ibu dan
bayi. Jellife (1976) secara lebih spesifik menjabarkan tujuan pelayanan
antenatal sebagai berikut:
1. pengawasan dan pemeliharaan kesehatan
ibu selama hamil melalui pemeriksaan kesehatan dan kehamilannya secara berkala;
2.
penemuan sedini mungkin gejala atau kelainan yang diperkirakan dapat
membahayakan kesehatan ibu dan janin;
3. perlakuan tindakan tepat guna termasuk
pengobatan bila ibu hamil dideteksi masuk kedalam kelompok risiko tinggi;
4.
penyediaan kesempatan penyuluhan kesehatan khususnya yang menyangkut
pemeliharaan kesehatan ibu selama hamil (penyuluhan gizi, kebersihan
perorangan, dan persiapan dalam pemeliharaan bayi);
5. perencanaan persalinan sehingga
dilahirkan bayi yang sehat dan ibu berada dalam keadaan selamat.
Pada awal abad ke-20, pelayanan antenatal
yang dilakukan baik oleh dokter maupun oleh perawat hanya ditujukan pada
kebutuhan fisik ibu saja. Dengan berjalannya waktu, makin diketahui bahwa suatu
proses kehamilan dan kelahiran melibatkan faktor psikis sehingga pendekatan
pelayanan antenatal yang modern berubah kearah pendekatan fisiopsikologi yang
melihat ibu hamil dan keluarga sebagai suatu kesatuan yang utuh (Walker:1974).
No comments:
Post a Comment